Aku bingung. Mungkin sudah menjadi kebiasaan jika telah berurusan dengan dia. Semua rencana terbaik telah ku persiapkan, tapi apa? Hasilnya selalu nihil. Tak pernah sekalipun aku benarani  berkata di hadapanmu. Tak tau kenapa seakan dia itu penya berbagai jawaban sebelum aku bertanya. Cerita cinta ku memang selalu rumit, mencintai orang yang tak tau dia juga sama atau tidak. Aku semakin bingung, tapi hatiku semakin mendesak. Tanggal 12 kemarin aku dengan dia berangkat ke suatu tempat wisata.

Dengan menempuh waktu panjang selama 9 jam aku, dia dan teman yang lain tiba. Jarum jam pendek dan panjang udah sejajar sesampaiku disana. Hanya sebentar aku berjalan di pantai untuk melihat-lihat situasi. Tanggal 13, ke esokan paginya. Dimulai lah semua kegiatan disana bersama mereka orang-orang yang ku sayang. Sesekali kupandangi sosok imut itu dari ke jauhan. Dalam hati aku merencanakan satu hal yang akan ku sampaikan kepada dia. Ku tunggu malam hari tiba, pikir ku saat itulah saat yang tepat.

Sebelum malam, kami bermain sebuah permainan di pantai. Pandangan ku hanya satu, tetap tertuju kepada dia. Permainan dimulai, bola pertama di lempar aku langsung menangkapnya. Kulihat dia berlarian girang sangat bahagia, pandanganku teralihkan. Aku diam tak tau harus berbuat apa dengan bola ini. Dia ada di posisi lawanku, jadi aku bisangung harus melempar  atau apa? Beberapa kali aku memegang bola, dan beberapa kalipun aku melempar ke arah nya. Lemparanku cukup tepat karena setiap lemparanku kedia sudah pasti mengenahi dia.
Games inipun berakhir, semuanya turun ke laut untuk membersihkan diri. Aku berenang cepat hingga jauh dari pinggir pantai. Di tempat inilah aku bisa mengamati dia tanpa ada seorangpun yang tau. Berkali-kali ku lihat senyuman manisnya, berkali-kali ku lihat cahaya matanya. Semua itu membuatku kembali tersenyum.

Malampun datang dan seperti keadaan awal hati ini selalu bimbang ketika ingin melakukan itu semua. Ku masuk ke kamar menunggu malam agak larut untuk keluar mengajaknya ke pantai. Tak terasa aku ketiduran, malam itupun ku lewatkan tanpa ada sedikit pun pengungkapan perasaan kepadanya. Aku terbangun dan begitu menyesal, kenapa aku bisa tertidur di saat seperti ini? Mungkin tak ada lagi kesempatan seindah ini.

Tanggal 14 hari dimana kami pulang ke rumah masing-masing. Di dalam mobil aku hanya diam, dengan hati yang terus menyalahkan diriku sendiri. Aku takut dia tak bisa lagi ku lihat. Aku takut semua yang ku impikan hanya menjadi bahan tertawaan di masa yang akan datang. Mengingat situasi disana, sebelum pulang aku sangat ingin berpoto berdua dengannya. Tapi, tak ada keberanian sedikitpun untuk berkata.

Saat dalam mobil, aku duduk pas di belakangnya. Terasa aneh saat bibir ini tiba-tiba melengkung keatas saat melihat tingkahnya yang sungguh lucu menurutku. Tapi dengan menatapnya hanya bisa membuatku menangis dan menyesal. Aku harus apa untuk merebut perhatiannya yang dulu telah ku dapatkan? Aku bingung dan semua ku serahkan kepada ALLAH.

Jodoh ada ditangan ALLAH, dan jika memang dia jodohku aku pasti akan bersamanya kelak.
:)

Leave a Reply