Semua ini diamulai saat hari pertama di kelas XI. Situasi yang tidak biasa akan dihadapi Raka di hari ini. Bagaimana tidak, tidak seorang pun temannya dari kelas X yang bersamanya sekarang, sebenarnya raka tidak ingin di kelas ini. Tapi dibenaknya mungkin ini yang terbaik buatnya. Bell pertama pun berbunyi. Menandakan apel pagi akan segera dimulai. Setelah lama di lapangan apel, kembali lagi bell ke dua berbunyi. Saatnya Raka dan teman barunya masuk ke kelas. Saat masuk ke kelas maka kisah inipun di mulai. Papasan dan sekaligus menjadi tatapan pertama Raka ke seorang cewe yang duduk di baris bangku ke dua. Sempat ada rasa bertanya-tanya dibenak Raka,”siapakah dia??”. Maklum saja cewe ini blum pernah bertemu dengan Raka sebelumnya.
Tidak lama kemudian seorang gurupun datang. Setelah memperkenalkan dirinya ternyata guru ini merupakan wali kelas dari Raka. Tiba saatnya sesi perkenalan diri, satu persatu teman-temannya naik untuk memperkenalkan dirinya masing-masing. Orang yang pertama naik merupakan teman raka dari masa SMP dulu, kebetulan pernah sekelas juga dengan raka sewaktu masih SMP.
“Syukurlah”, kata raka.
Tiba saat cewe yang tadi naik pemperkenalkan dirinya. Ternyata namanya Yuna dan lebih kagetnya lagi, ternyata cewe itu merupakan teman SMPnya yang dia tidak kenal. Semenjak Raka naik ke kelas XI Raka memang telah bahagia. Raka selalu ditemani oleh dinda yang saat ini menjadi seseorang yang sangat Raka sayang. Raka merupakan orang yang selalu ingin serius dengan apa yang dia jalani, tapi sifatnya yang begitu kekanak-kanakan membuat dia selalu dikatakan tidak pernah serius. Dinda saat itu diakui Raka menjadi satu-satunya orang yang mampu membuat Raka tersenyum disaat dia mengingat dinda. Kembali ke situasi di kelas baru Raka, beberapa hari telah berlalu. Rasa aneh Raka selalu timbul ketika melihat Yuna, tapi mengingat Yuna orang baru yang dia kenal jadi menurut Raka itu kejadian yang bisa. Lama kelamaan keakraban di dalam kelas baru Raka mulai terjalin. Semua yang dilakukan di kelas seakan ingin dilakukan bersama. Beberapa bulan berlalu, Raka dan Dinda telah memiliki jarak, tapi wajarlah bagi anak remaja yang sedang menjalin sebuah hubungan.
Kekecewaan demi kekecewaan mulai timbul didiri Raka ke Dinda. Pernah suatu waktu Raka melihat Dinda begitu mesranya dengan seorang laki-laki yang merupakan teman kelas dinda sendiri. Tapi setelah di komfirmasi ke Dinda, dinda tetap saja terus membelah orang itu. Pertengkaran pertama di dalam hubungannya selama inipun pecah. Tapi karena Raka memang ingin benar-benar serius, maka Raka meminta maaf kepada Dinda. Tapi hanya satu harapan Raka, Dinda bisa berubah menjadi orang yang bisa mengerti keseriusan ini. Tapi pada kenyataannya Dinda tidak berubah sedikitpun, malah lebih membuat Raka kecewa. Tapi disisi lain, ketika kembali kekelasnya Raka selalu menjadi riang lagi. Dan semua itu terjadi karena seseorang. Kedekatannya dengan Yuna membuat seakan semua kekecewaan dari Raka bisa dihapus dengan hanya melihat senyumnya. Tapi hal inipun dianggap bisa oleh Raka. Setelah mejalani setahun di kelas XI bersama Yuna dan temannya yang lain.
Setahunpun berlalu, sekarang Raka masih bersama Dinda karena tekatnya yang masi berharap Dinda bisa berubah. Tapi satuhal persahabatan yang iyah bangun dengan Rio, Rian, Riri, Cindy, Tita dan tentu saja Yuna, semakin akrab. Bulan ramadanpun masuk, mereka memperakrab pertemanan mereka di bulan itu. Setelah sebulan, biasalah setelah ramadan harus bermaaf-maafan! Raka dan sahabatnya pun pergi berkunjung ke rumah teman-teman yang lain guna maaf-maafan. Tiga hari dari hari itu hari sekolah pun mulai kembali. Rasanya selama bulan Ramadan Raka memang kangen sekali dengan situasi disekolah bersama sahabatnya. Tapi hal yang tak pernah Raka duga sebelumnya, Raka mengakhiri hubungannya dengan Dinda. Raka berbuat ini karena berfikir mungkin ini yang terbaik, sebab telah terlalu banyak kekecewaan yang Raka rasa terhadap Dinda. Rakapun tidak mau terlalu menyakiti Dinda karena sebelum menyudahi hubungannya, tiga minggu dari hari itu Raka telah tidak punya komunikasi dengan Dinda. Tapi disaat bersamaan teman-teman dari Raka sering membuat Raka tersenyum dengan tingka mereka yang memang lucu. Setelah beberapa hari, mungkin ini tantangan buat bersahabatan Raka. Tiba-tiba kata sahabatnya ada yang berubah terhadap sikap Raka ke Yuna. Tapi Raka merasa tidak berubah sama sekali, karena memang itu sifat yang iya sering lakukan sejak kelas XI. Yunapun agak menjauh dari saat itu, mungkin karena itu. Tapi Raka tetap berfikiran dewasa dengan hal ini. Tapi setelah beberapa lama Yuna agak jauh dari Raka, Rakapun sepertinya jadi orang pendiam. Hari- hari Raka sangat berbeda dari sebelumnya, ini semua karena perasaan bersalahnya ke Yuna. Yuna juga memperlihatkan wajah yang tidak terlalu bahagia setiap harinya. Sangat jarang Raka melihat senyuman Yuna lagi sejak saat itu. Terbesiklah di hati Raka untuk meminta maaf kepada Yuna, seketika Raka pun mengambil handphonenya dan menghubungi Yuna, meski hanya melalui SMS dan sekaligus meminta maaf atas segalah kesalahannya. Meski mungkin tidak ada respon dari Yuna, tapi Raka mencoba untuk berfikir positif tentang hal ini. Keesokan harinya Rakapun mulai tersenyum dengan harapan semua bisa kembali normal lagi. Tapi kenyataan belum berpihak ke Raka, Yuna belum juga berubah.
Raka terus saja meminta maaf karena sangat merasa bersalah. Raka sangat mengharapkan Yuna bisa kembali lagi seperti Yuna yang dia kenal. Sampai setiap DOA setelah dia shalatpun diisi dengan DOA yang di tujukan ke Yuna. Setelah beberapa hari bahkan sampai beberapa minggu dengan keadaan seperti ini. Yuna seperti mulai ceria lagi, meski keceriaannya itu berkurang tapi Raka tetap optimis dengan usahanya. Raka sangat gembira hingga dia sering tersenyum-senyum sendiri ketika melihat Yuna bisa bahagia lagi. Rakapun bertekat untuk memperbaiki semua kesalahannya meskipun itu membutuhkan waktu yang lama tapi Raka tetap berusaha untuk memperbaikinnya. Dengan modal senyum dari Yuna, Raka mulai lagi bicara dengan Yuna sedikit demi sedikit, sembari tetap berharap Yuna bisa kembali. Semakin lama Raka melihat perubahan Yuna yang seakan telah ingin kembali lagi. Saat itu Raka mendapat nasehat dari salah satu sahabatnya.


“jagalah sikap kamu dihadapannya”, kata sahabat Raka.
Raka sangat senang dengan nasehat itu, dan sampai sekarang Raka masih berusaha untuk mengembalika sifat dari Yuna. Raka sangat tidak ingin ini terjadi kepada sahabatnya yang lain. Jadi ketika ada kata-kata raka yang mungkin kurang enak didengar oleh sahabatnya maka Raka akan bergegas meminta maaf. Karena perasaan seperti ini buka perasaan yang indah. Satu yang selalu ada di benak Raka, teman adalah teman, tapi sahabat lebih dari teman. Meski tanpa dia pungkiri memang Raka memiliki rasa yang berbeda ke Yuna. Mungkin sebab dari itu saat awal melihat Yunapun berbeda dengan pada saat melihat temannya yang lain. Tapi semuanya akan tetap menjadi impian belaka, karena Raka lebih takut kehilangan daripada mencari resiko yang belum tentu bisa membuat dia bahagia. Maka dari itu Raka akan berusaha menjaga persahabatannya, meski dia harus berkorban perasaan dengan semua ini. Tapi inilah hidup, semua akan ada hikmahnya. Sahabat adalah harta yang paling berharga buat Raka. Saat ini hari-hari Raka telah dihiasi lagi oleh senyuman dari sahabatnya. Satuhal yang Raka tau, kalau perkorban perasaan demi orang-orang yang kita sayang tidak ada salahnya ketimbang kehilangan orang-orang yang kita sayang, karena tidak semua orang bisa kita sayang, sesayang kita kepada sahabat kita!

Leave a Reply